DI tengah hutan yang hijau, sekelompok koloni semut rangrang hidup dengan sangat damai. Mereka melakukan segala sesuatu dengan bergotong royong, sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan. Suatu ketika saat para semut sedang mengumpulkan makanan, datanglah sekelompok ayam yang sedang kelaparan. Mereka lalu meminta makanan yang sedang dikumpulkan semut.
“Hai semut, bolehkah kami meminta makanan itu. Kami sangat kelaparan. Kumohon…,” rengek para ayam. Dengan bijak, semut pun menjawab, “Duhai ayam-ayam yang malang, silakan ambil makanan itu. Tapi ingat, kalian harus saling berbagi, karena makanan itu hanya sedikit.”
Mendengar jawaban semut, ayam-ayam langsung memakan makanan dengan senang hati. Mereka membaginya rata seperti perintah koloni semut. Setelah selesai makan, ayam-ayam itu berterima kasih kepada semut dan bertanya, “Hai semut, kenapa kelihatannya kolonimu begitu makmur dan selalu bahagia? Padahal mencari makanan di hutan ini sangat sulit dan perlu jarak yang lumayan jauh.”
“Wahai ayam. Kenapa kami terlihat makmur, itu karena kami mengumpulkan makanan dengan bekerja sama. Sesulit apa pun pekerjaannya, bila dilakukan dengan bersama-sama pasti akan terasa ringan dan kenapa kami terlihat bahagia selalu, itu karena kami bahagia bisa saling membahagiakan. Tak ada permusuhan di antara kami. Kami bahagia saling bersama dan saling menolong.”
Mendengar jawaban semut yang begitu bijak, ayam-ayam tersebut malah terheran-heran.
Mereka ingin meniru sifat semut dan bercakapcakap dengan ayam lainnya agar bisa seperti semut. Tetapi ayam lainnya mulai tak setuju. Mereka justru bertengkar dan berkelahi satu sama lain hingga babak belur. Untung masih ada semut yang memisahkan mereka semua dengan menggigiti tubuh tubuh para ayam. Semut sangat kecewa dengan perilaku ayam yang suka berkelahi. Semut akhirnya geram dan berujar tak akan memberi makanan lagi kepada ayam bila mereka masih saling egois dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
****
MUSIM kering berkepanjangan datang. Makanan sangat sulit dicari di tiap penjuru hutan. Namun semut sudah mempersiapkan semua dengan matang dan tak pernah kekurangan makanan sedikit pun, malahan kelebihan makanan.
Berbeda dari ayam, di saat seperti ini mereka saling menyalahkan satu sama lain karena tidak menyimpan makanan sedikit pun. Akibatnya mereka terus berkelahi, hingga mereka hampir mati karena babak belur dan kelaparan. Para ayam pun kembali mengemis-ngemis meminta makanan kepada semut. Para semut yang baik hati tidak tega dan memberinya sedikit makanan, tetapi dengan satu syarat yaitu para ayam harus berjanji tidak akan berkelahi lagi apa pun alasannya. Para ayam yang terdesak itu akhirnya mau berjanji.
****
MUSIM kemarau berlalu. Semua seperti sediakala lagi, makanan sudah mudah dicari dan banyak tersedia. Para ayam dengan koloninya mencari makanan bersama-sama dan menemukan ladang jagung yang luas. Mereka membagi dengan rata semua jagung dan tidak lupa menyimpannya dengan rapi untuk persediaan musim yang akan datang.
Setelah kejadian-kejadian yang dialami, sifat para ayam yang semula egois satu sama lain, suka berkelahi, dan tak pernah bekerja sama, sekarang menjadi saling membantu.
Mereka tak pernah lagi kelaparan dan bahagia selalu. Berkat koloni semut, ayam-ayam berubah menjadi lebih baik dan mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana cara hidup dalam suatu kelompok.(58)
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Anditya Rizka Pamungkas
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” edisi Minggu 7 Januari 2018