Danu ingin sekali memiliki robot-robotan. Teman-teman di sekolahnya banyak yang sudah mempunyai. Hampir setiap jam istirahat, mereka membicarakan soal robot miliknya yang hebat.
Siang ini, mereka sudah janjian akan ke rumah Andi untuk bermain robot-robotan. Danu yang tidak memiliki robot menjadi sedih. Tapi dia tetap akan datang ke rumah Andi.
Setelah makan siang di rumah, Danu pamit kepada Ibu untuk ke rumah Andi.
Rumah Andi sudah ramai oleh anak-anak. Ternyata tidak hanya anak laki-laki, ada anak perempuan juga. Tapi anak perempuan tidak membawa robot. Mereka hanya ingin menyaksikan para robot beraksi seperti halnya Danu.
Ciuuu… Ciuuu… Drottotototot….
Fire, fire…
Suara robot di halaman rumah Andi terdengar ramai sekali. Anak-anak berkerumun melihat aksi para robot. Danu melongo saat melihat robot milik Andi beraksi.
“Koda siap bertugas,” suara robot milik Andi yang bernama Koda. Usai mengeluarkan kata-kata seperti itu, robot tersebut memberi hormat lalu mulai berjalan dan mengeluarkan bunyi tembakan.
“Wah keren sekali robot milikmu, Andi,” komentar Reza.
“Iya, ia bahkan bisa berbicara,” kata Danu.
Anak-anak yang lain juga dibuat takjub dengan robot milik Andi. Robot itu bisa berjalan ke segala arah. Saat ada benda di depannya, robot tersebut bisa berputar sendiri mencari jalan lain.
***
Di rumah, Danu terus teringat dengan robot Andi.
“Ibu, Danu minta belikan robot-robotan dong! teman-teman Danu sudah punya,” pinta Danu.
“Kamu main pakai robot yang dulu saja, ya!” balas Ibu.
“Tapi, Bu, robot Danu yang dulu kan nggak bisa bergerak sendiri. Kalau yang sekarang lagi ngetren itu robot yang bisa berjalan sendiri, bisa mengeluarkan suara juga, Bu. Danu nggak mau main robot yang dulu. Belikan ya, Bu. Masa cuma Danu yang nggak punya,” rengek Danu.
“Uang Ibu nggak cukup buat beli robot seperti itu, Danu,” jawab Ibu sembari menyetrika pakaian.
“Ibu kamu benar, Danu. Lagi pula, mainan seperti itu biasanya kan musiman. Nanti ada lagi mobil-mobilan terbaru, kamu minta beli lagi. Sayang uangnya,” ujar Bapak yang sedari tadi mendengarkan percakapan antara Danu dan ibu.
“Kenapa sih, Bapak nggak kerja di kantor saja? Jadi kan punya uang yang banyak,” ucap Danu.
“Bekerja itu yang penting halal. Bekerja sebagai tukang servis lebih baik daripada Bapak nggak punya pekerjaan?” ucap Bapak terkekeh.
Bapak memang orang yang sabar. Tapi tidak dengan Danu. Dia malah manyun mendengar jawaban Bapak dan segera pergi ke kamarnya.
***
Gara-gara tidak dibelikan robot, Danu ngambek. Ia jadi jarang berbicara dengan ibu dan bapak.
Setelah dua hari ngambek, Danu tak tahan juga. Dia akhirnya meminta maaf.
“Sudah capai ngambeknya?” ledek Bapak.
“Hehee… ngambek itu nggak enak, Pak,” balas Danu.
“Jadi kamu sudah melupakan mainan robot itu?” tanya Ibu.
Danu menggeleng dengan cepat sambil tersenyum.
“Danu akan menabung. Kata Bu Guru, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Jadi, sebagian uang saku Danu akan ditabung. Nanti kalau sudah satu bulan, uangnya buat beli mainan robot yang keren,” jelas Danu dengan semangat.
Ibu dan Bapak mendukung Danu untuk menabung.
Sebelum berangkat sekolah, Danu memasukkan setengah dari uang sakunya ke dalam celengan. Dia takut kalau sudah dibawa ke sekolah akan dipakai untuk jajan.
Dua minggu sudah Danu menabung. Dia tidak jajan banyak di sekolah. Akibatnya, Danu cepat merasa lapar. Dia langsung makan setelah pulang sekolah.
Siang itu, saat Danu sedang menonton TV, Bapak pulang dan duduk di samping Danu.
“Danu, ini buat kamu!” kata Bapak sambil memberikan sebuah kantong plastik kepada Danu. Bapak tersenyum ceria saat memberikannya.
“Ini apa, Pak?” tanya Danu penasaran.
“Buka saja!” kata Bapak.
Danu bertanya-tanya apa sebenarnya isi dari kantong plastik yang diberikan Bapak. Seperti ada kotak di dalamnya. Jarang sekali Bapak memberikan sesuatu seperti itu. Padahal hari itu juga bukan ulang tahunnya.
“Woah, Pak, ini robot-robotan buat Danu?” teriak Danu kegirangan.
“Iya, itu buat kamu.”
“Terima kasih ya, Pak. Danu senang sekali. Ini bahkan ada remot kontrolnya. Keren sekali!” ucap Danu sembari mengamati robot yang berada di tangannya.
“Iya. Bapak juga bahagia bisa memberikanmu mainan seperti itu,” ucap Bapak dengan mata berkaca-kaca.
Ibu datang menghampiri. Rupanya Ibu sudah tahu perihal robot itu.
“Ada yang memberikan robot itu pada Bapak sewaktu membetulkan radio miliknya. Katanya robot-robotan itu milik anaknya yang sudah SMA. Robot itu juga sudah rusak. Bapak coba membetulkannya dan ternyata bisa,” cerita Bapak panjang lebar.
“Danu senang sekali, Pak. Maafkan Danu karena pernah merendahkan pekerjaan Bapak sebagai tukang servis barang elektronik,” kata Danu sambil memeluk Bapak.
“Bapakmu itu memang hebat. Kamu juga hebat karena mau menabung,” ucap Ibu bahagia.
Danu bahagia sekali. Robot idaman sudah berada di tangannya. Uang yang sudah ditabung selama ini akan dia simpan untuk keperluan lain.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Lish Adnan
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” 14 Mei 2017