DI sebuah kerajaan ada seorang putri yang sangat cantik bernama Putri Helena. Sayang sekali putri ini mempunyai sifat sombong. Karena itu belum ada pangeran yang berani mendekatinya.
Suatu hari Raja mengadakan pesta khusus untuk anak-anak muda. Pangeran dan putri-putri dari kerajaan lain diundang, demikian pula para putra dan putri bangsawan.
Salah seorang undangan, Pangeran Jack, bersiap-siap. Ia mempunyai seorang pelayan pria berambut merah. Namanya Otto. Sebelum berangkat ke pesta Pangeran Jack berkata, “Otto, temani aku ke pesta. Pakailah bajuku dan bersikaplah seperti seorang pangeran. Yang penting jangan jauh-jauh dariku!”
“Baik, Pangeran!” kata Otto dengan patuh.
Maka kedua orang itu pun berangkat. Setelah berdandan tak seorang pun menyangka kalau Otto itu seorang pelayan. Maklum, wajahnya pun lumayan tampan.
Di ruangan pesta yang besar banyak hadirin yang sudah datang. Para pria berdandan rapi dan putri-putri wangi dan cantik-cantik. Yang paling mencolok adalah Putri Helena yang memakai gaun merah jambu, bermata biru, dan berambut pirang.
Setelah acara makan selesai, akan dimulai pesta dansa. Putri Helena berkata, “Sebentar lagi acara dansa dimulai. Siapa yang ingin berdansa denganku silakan minum jus dari sepatuku!” Sambil berkata demikian ia mengangkat tinggi-tinggi sebuah sepatunya yang berwarna keemasan dan berhak tinggi. Para hadirin terdiam. Pangeran Jack membisikkan sesuatu pada Otto.
Tiba-tiba saja seorang pangeran berambut merah maju ke depan. Semua mata tertuju kepadanya. Ia menerima sepatu dari putri dan mengisinya dengan jus buah, tapi ia tidak meminumnya. Ia malah mengacungkan sepatu itu seperti mengangkat gelas.
“Hadirin yang terhormat, Putri Helena telah menyarankan sesuatu yang unik. Rupanya jus buah akan lebih nikmat bila diminum dari wadah sepatu. Bukankah begitu, Tuan Putri?” kata pangeran berambut merah itu. Putri Helena tersenyum dan mengangguk. Pangeran berambut merah itu kemudian berkata, “Karena itu dengan hormat kami persilakan Putri Helena memberi contoh lebih dulu bagaimana menikmati jus ini, diminum sedikit-sedikit atau sekaligus?”
Hadirin tertawa dan bertepuk tangan. Wajah Putri Helena merah padam, tapi Otto cepat meletakkan sepatu di meja dan menyelinap pergi, hilang di antara tamu-tamu. Putri Helena menyuruh pengawal mencari pangeran yang kurang ajar itu sementara pesta dansa dimulai. Putri Helena sendiri duduk bermuram durja, menantikan pengawal membawa si pangeran berambut merah itu. Namun, akhirnya para pengawal datang dan melaporkan bahwa mereka tak berhasil menemukan pangeran tersebut. Bahkan sampai pesta usai jejak pangeran tersebut tidak diketahui.
Sebulan kemudian sengaja Putri Helena mengadakan pesta lagi. Kali ini ia berharap pangeran berambut merah itu muncul. Tapi, ketika ia mengumumkan siapa yang mau dansa dengannya silakan minum jus buah dari sepatunya, tak ada yang menanggapi. Maka pesta dansa pun dimulai. Putri Helena memandang ke sekeliling. Semua orang berdansa, kecuali oh ada seorang pangeran yang duduk termenung di sudut ruangan. Putri Helena mendekatinya dan bertanya, “Anda tidak berdansa?”
“Tidak, tidak ada gadis yang berkenan di hatiku!” jawab pangeran itu, yang ternyata adalah Pangeran Jack.
“Saya juga tidak?” tanya Putri Helena.
“Anda terlalu istimewa!” kata Pangeran Jack. Putri Helena merasa tersanjung. Dalam hati ia menyukai Pangeran Jack. Kemudian ia mengajak Pangeran Jack berdansa. Setelah satu lagu selesai, tiba-tiba seorang pangeran bertubuh gemuk berseru, “Saya protes. Tadi dikatakan siapa yang ingin berdansa dengan Putri Helena harus minum jus buah dari sepatu Putri. Pangeran itu belum minum dari sepatu!”
“Benar! Benar!” beberapa suara menimpali.
“Ayo, suruh ia minum jus buah dari sepatu!” kata yang lain. Suasana menjadi ramai. Pangeran Jack berbisik pada pelayannya. Tiba-tiba seorang pangeran berambut merah naik ke atas meja dan menyuruh semua diam. Dan suasana pun menjadi hening.
“Maaf, telah terjadi salah paham. Aku akan meluruskannya. Pangeran Jack itu tak perlu minum dari sepatu, sebab bukan ia yang ingin berdansa dengan Putri Helena, tapi Putri sendiri yang mengajaknya. Putri yang ingin berdansa dengan Pangeran Jack itu. Jadi seharusnya Putri yang menuruti syarat dari Pangeran Jack,” kata pangeran berambut merah dengan lantang.
Sesudah berkata demikian ia turun dari meja dan menyelinap pergi. Hadirin mulai gaduh lagi dan suasana menjadi tenang ketika Putri Helena memberi tanda agar semua diam.
“Benar, apa yang dikatakan pangeran berambut merah itu. Aku yang ingin berdansa dengan Pangeran Jack. Jadi aku menuruti sarannya. Pangeran Jack boleh meminta sesuatu padaku!” kata Putri Helena.
Hadirin bertepuk tangan. Pangeran Jack berbisik pada Putri Helena dan kemudian Putri Helena berkata, “Hadirin sekalian, aku mohon maaf atas sikapku yang telah menyinggung perasaan kalian. Tidak pantas aku minta para tamu minum jus buah dari sepatuku. Aku mohon maaf setulus hati!”
Kembali hadirin bertepuk tangan. Acara dansa dilanjutkan dan suasana pesta menjadi lebih meriah karena seseorang telah mengakui sikap sombongnya yang salah.
Namun Putri Helena masih memiliki teka-teki. Dua kali pangeran berambut merah membuat kejutan: yang sekali ia menentang Putri Helena dan sekali lagi ia malah menolong menyelesaikan masalah. Siapakah dia dan di manakah dia? Ketika ia menanyakan pada Pangeran Jack, Sang Pangeran berkata, “Tak usah dipikirkan. Ia takkan muncul lagi di pesta. Ia adalah pelayanku yang bertugas membantuku!”***
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Widya Suwarna
[2] Pernah tersiar di “Majalah Bobo” No. 33/XXV/97