Nilnil adalah seekor kudanil kecil di kebun binatang Kota Bunga. Bermacam-macam hewan tinggal di sana. Keluarga Leher panjang, Keluarga Belalaikuat, juga ada Pak Suraipanjang, walikota kebun binatang!
Di gedung kesenian Kota Bunga, pernah ada pertunjukan tari balet. Para penari di panggung merentangkan tangan mereka seperti sayap. Lalu melompat tinggi seperti terbang. Sungguh mengagumkan! Upik si Burung Gereja menonton dari celah atap. Pulang dari pertunjukan, ia menceritakan pada Nilnil. Nilnil sangat tertarik. Ia memutuskan untuk menjadi balerina bila sudah besar nanti.
Suatu hari, Nilnil sangat bersemangat. Hari itu ia berulang tahun. Ibunya memberinya hadiah tutu putih. Itu baju balet yang sangat indah. Sepatunya terbuat dari satin putih yang lembut. Nilnil tersenyum membayangkan dirinya menjadi prima balerina di opera Danau Angsa. Oo, tubuhku jadi seringan bulu. Aku bisa terbang setinggi si Upik! Lamun Nilnil. Keesokan harinya, seluruh penghuni kebun binatang terbangun. Mereka mendengar bunyi, “Gedebum! Gedebum!” Tanah pun bergetar. Bu Aya melompat ke luar air dan memanjat dinding. Mereka mengira ada gempa bumi. Jeri, anak paling tinggi di Keluarga Leherpanjang, menjulurkan kepala mencari sumber suara itu.
Di halaman rumah Bu Kudnil, tampak Nilnil memakai tutu dan sepatu satinnya. Ia sedang berlatih gerakan-gerakan balet. Ia mencoba jete setinggi mungkin. Namun karena tubuhnya memang besar dan berat… astaga, ia langsung jatuh dengan suara berdebum.
“Tak apa,” Nilnil menghibur dirinya sendiri, “Kalau mau jadi balerina, aku harus terus berusaha.” Ia mencoba sebuah attitude, namun ia malah kehilangan keseimbangan dan terguling ke belakang.
Hari-hari berikutnya, kebun binatang dipenuhi suara “gedebum” serta gempa-gempa kecil. Penduduk kebun binatang mengeluh pada Pak Suraipanjang. Namun Pak Suraipanjang tidak ingin melarang Nilnil berlatih.
.
.
.
[artikel number=5 tag=”Motivasi” ]
Pak Suraipanjang teringat, sewaktu kecil ia pernah bercita-cita menjadi pilot pesawat terbang. Tiap hari ia bermain dengan pesawat mainannya. Suatu hari pesawatnya nyangkut di pohon tetangganya, Kek Rimau yang galak. Ia sangat sedih ketika Kek Rimau melarangnya bermain pesawat. Pak Suraipanjang tak ingin Nilnil sedih seperti dia dulu.
Pada suatu pagi, suasana di kebun binatang sangat tenang. Padahal warga sudah mulai terbiasa mendengar bunyi “gedebum-gedebum” Jeri Leherpanjang menjulurkan kepala ke halaman rumah Bu Kudnil.
Ada Nilnil di sana. Ia memakai baju hangat dan celana jeans, bukan kostum balerina. Ia juga menangis tersedu-sedu! “Ibu, aku tidak akan bisa jadi balerina… aku tidak bisa melompat dan terbang seringan bulu,” isaknya sedih pada Bu Kudnil.
Jeri Leherpanjang merasa kasihan pada Nilnil. Ia menceritakan hal itu pada seluruh warga kebun binatang. Bersama-sama mereka mencari cara untuk menolong Nilnil.
“Kita harus memberinya pesawat mainan, agar bisa terbang seringan bulu,” ujar Pak Suraipanjang, teringat masa kecilnya.
“Yang dia perlukan adalah guru yang baik. Biar aku yang mengajarinya melompat,” usul Pak Kutuloncat.
Ketika sedang sibuk berunding, datanglah Pak Monki Monyet.
Mendengar cerita mereka, Pak Monki juga ingin membantu.
“Dulu waktu masih muda, aku ikut rombongan sirkus yang menampilkan atraksi trampolin. Orang melompat-lompat di atasnya…”
“Wah, gagasan yang hebat!” seru Bu Leherpanjang gembira. “Sebuah trampolin! Ayo kita buatkan trampolin yang kuat untuk Nilnil!”
Seluruh warga kebun binatang pun bekerja dengan gembira, membuat trampolin. Ada yang memotong kayu untuk kerangkanya, menjahit kulit lentur untuk tempat melompat, dan menjalin tali-temali dari kulit paling kuat. Tak lama kemudian jadilah sebuah trampolin yang sangat kokoh dan bagus.
Upik, burung gereja sahabat Nilnil, menyampaikan berita ini pada Nilnil. Saat itu Nilnil sedang melamun di depan rumahnya.
“Hei, Nilnil! Jangan sedih lagi!” seru Upik sambil terbang mendekat. “Kamu harus mencoba menari di atas panggung! Kami sudah membuatkanmu panggung yang hebat. Ayo, pakai kostummu dan ikut aku!”
Nilnil sangat gembira. Dengan bantuan Bu Kudnil, Nilnil tergesa mengenakan tutu dan sepatu satinnya. Mereka berdua berlari mengikuti si Upik ke sebuah lapangan terbuka. Di sana tampak sebuah trampolin yang sangat besar. Seluruh warga kebun binatang telah menunggu, tersenyum ceria.
Ragu-ragu, Nilnil memanjat naik ke atas trampolin dan mulai melompat. Wah! Ya ampun! Semua hewan terpana. Untuk pertama kalinya mereka melihat seekor anak kudanil melakukan jete setinggi burung yang terbang. Tubuhnya ringan bagai bulu. Kostumnya melambai-lambai indah sekali! Jeri Leherpanjang, Iga Belalaikuat, dan Upik bertepuk tangan paling keras!
Sejak saat itu Nilnil dikenal di seluruh kebun binatang sebagai balerina hebat. Semua hewan di kebun binatang kembali hidup damai dan bahagia.