Lusi mempunyai sebuah leontin. Itu pemberian seorang nenek yang pernah ditolongnya. Nenek itu terjatuh ke sungai ketika jembatan di atas sungai patah. Untunglah Lusi ada di situ. Ia melompat ke dalam sungai untuk menolong si Nenek. Sebagai hadiah, Nenek memberikannya leontin itu
“Kalau kau menaruh foto seseorang di dalam leontin ini, maka nasib orang itu akan selalu sial,” kata Nenek itu sebelum pergi.
Tentu saja Lusi tidak pernah memasukkan foto siapapun ke dalam leontin itu. Ia tidak ingin menyakiti siapapun. Leontin itu ia simpan di laci meja riasnya.
Suatu hari, Ruth adiknya melihat leontin itu. Ruth suka sekali berdandan. Ia lalu meminjam leontin itu saat mereka akan pergi ke pasar.
“Kak Lus, aku pinjam leontinmu, ya? Aku pakai ke pasar ya?” ujar Ruth. Lusi mengangguk mengijinkan.
Setiba di pasar, Lusi sibuk berbelanja sesuai daftar belanja dari ibunya. Hari itu, ibu Lusi sibuk harus menengok Nenek yang sakit. Itu sebabnya Lusi mendapat tugas belanja. Ruth berjalan-jalan melihat berbagai dagangan di pasar.
Beberapa saat kemudian, Ruth muncul di dekat Lusi dengan wajah riang.
“Kak, Kak, lihat! Aku menukar leontin tua kakak dengan dua leontin baru ini. Nih, satu buat Kakak, satu buat aku!” kata Ruth gembira.
Lusi memperhatikan kedua leontin itu dengan mata melotot terkejut.
“Astaga Ruth… kamu ditipu! Leontinku terbuat dari perak asli dan ukirannya antik. Leontin ini cuma imitasi murahan. Kamu dapat di mana ini?”
“Aduuh… maaf, Kak! Itu… aku menukar leontin itu di penjual barang antik…” kata Ruth penuh penyesalan.
Lusi dan Ruth segera mendatangi warung si penjual barang antik. Berbagai macam jualannya berjejer di atas meja. Di tenda warung itu tertulis, “BARANG ANTIK ASLI KOLEKSI PAK DOLMI”
Pak Dolmi adalah pria berhidung bengkok, bermata licik. Ia menolak saat Lusi meminta untuk menukar kembali dua leontin itu dengan leontin miliknya.
“Yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan!” kata Pak Dolmi sinis.
Ruth menangis meraung-raung karena menyesal. Ia tidak mau pulang walau Lusi berusaha membujuknya.
Pak Dolmi memberikan leontin itu pada istrinya.
“Hahaha, pasti kamu habis menipu orang. Aku taruh foto kita berdua ya, di sini,” kata Bu Dolmi yang juga sama liciknya. Ia lalu memasang foto, ia bersama suaminya di dalam leontin itu.
Tak lama kemudian, dating beberapa pembeli ke warung itu.
“Vas bunga ini asli buatan Italia. Lihat, ada tulisannya ‘Made in Italy’” kata Pak Dolmi. Sementara itu, Bu Dolmi melayani pembeli yang ingin membeli payung antik bertuliskan Jepang.
Saat Bu Dolmi menarik payung dari tempatnya, ujung payung menyodok atap tenda. Sisa air hujan yang tertampung di atas tenda, tumpah mengguyur Pak Dolmi yang sedang memegang vas tadi. Tulisan ‘Made In Italy’ di vas itu langsung luntur.
“Penipu! Vas itu cuma keramik biasa!” marah bapak yang ingin membeli vas. Ibu pembeli payung juga ikut-ikutan marah dan tidak jadi membeli.
“Cepat keringkan dirimu, Dolmi! Biar aku yang jaga warung!” omel Bu Dolmi. Namun mereka terkejut saat melihat seekor kucing di belakang mereka.
“Bu, kucing itu memakan ikan belanjaanmu!” teriak Pak Dolmi panik.
Bu Dolmi sangat marah. Ia meraih salah satu vas bunga di meja jualannya. “Kucing pencuri! Rasakan ini!” marah Bu Dolmi sambil mengangkat vas itu tinggi-tinggi.
“Jangaaan…” teriak Pak Dolmi panik. Namun terlambat. PRAAANGG…
Vas bunga itu melayang dan jatuh pecah di lantai. Kucing itu lari ketakutan. Bu Dolmi tertawa girang. “Hahaha… aku menakut-nakuti kucing itu dengan vas palsu.
Pak Dolmi hamper pingsan karena lemas. “Palsu? Oooh… vas itu asli, Bu. Itu satu-satunya vas asli buatan Italia di warung kita ini!”
Saat itu seorang nenek datang membawa koin. “Tadi pagi saya membeli teko. Ibu member koin ini sebagai kembalian. Apa ibu tidak salah member kembalian?” kata Nenek itu.
“Itu kan koin uang asing. Mana mungkin saya kasih kembalian pakai uang asing. Memang saya penipu!” omel Bu Dolmi yang masih jengkel.
“Ooh, kalau ini bukan koin-mu, ya tidak apa-apa. Tapi kata cucu saya, koin ini antik dan harganya mahal sekali. Ya sudah. Saya akan simpan saja koin ini,” kata Nenek itu lalu pergi.
Bu Dolmi sangat kaget. Ia menangis kesal karena sangat teledor.
“Tenang saja, Bu. Tuh lihat, ada anak kecil. Kita akan mendapat keuntungan darinya,” bisik Pak Dolmi.
Seorang anak perempuan memakai gelang emas, datang ke warung mereka. “Nak, ayo tukar gelangmu itu dengan lima gelang yang bagus-bagus,” bujuk Pak Dolmi, sambil memamerkan gelang imitasi yang berkilau. Anak perempuan itu sangat gembira. Ia segera melepas gelang emasnya.
Lusi masih ada di situ dan melihat kejadian itu. Ia langsung berteriak, “Jangan, jangan berikan gelang emasmu! Dia penipu!”
Saat itu, datanglah seorang bapak berseragam polisi. Ia tampak marah dan merebut gelang emas yang diberikan anak perempuan tadi.
“Berani-beraninya kamu menipu anakku! Ayo, ikut aku ke kantor polisi!”
Akhirnya Pak Dolmi dan Bu Dolmi dibawa ke kantor polisi. Lusi mendapatkan kembali leontin peraknya. Ia tidak melepas foto Pak Dolmi dan Bu Dolmi. “Biar saja untuk sementara foto mereka tetap di dalam leontin ini. Semoga mereka selalu tidak beruntung dalam menipu orang.”