PULANG sekolah Zallumy terpana. Seekor kupu-kupu bersayap merah jambu hinggap di plafon ruang tamu rumahnya. Gadis kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu bergegas masuk ke kamarnya. Diambilnya sebuah kamera telepon genggam.
“Diamlah di situ cantik, aku akan memotretmu,” ucap Zallumy di dalam hati. Langkahnya berjinjit-jinjit agar gerakannya tak membangunkan kupu-kupu yang sedang tidur.
Namun, serangga bersayap yang sering hinggap memeluk-meluk mahkota bunga itu terbang sebelum ia sempat mengabadikannya.
“Hei, ke mana perginya?”
Tanpa diketahui Zallumy, kupu-kupu itu keluar melalui celah-celah kusen, lalu menyelinap di balik rimbun pohon mangga gedong gincu yang sedang berbunga.
“Ah, di mana kau cantik?”
Zallumy kehilangan jejak. Ia masih mengira kupu-kupu itu di sekitar ruang tamu. Namun plafon rumahnya tampak putih kosong. Matanya yang lendut mulai mengitari ruangan rumahnya. Tak jua ditemukannya. Disibaknya tiap-tiap benda yang memungkinkan dijadikannya persembunyian, tetapi raib tak berjejak. Wajahnya mendadak muram. Gadis berwajah manis itu baru saja kehilangan kesempatan yang sangat langka. Memotret kupu-kupu bersayap merah jambu.
“Mengapa wajahmu cemberut begitu, Nak?” tanya Ayah dari belakang rumah. Tangannya membawa gunting pemotong rumput. Baru saja Ayah Zallumy selesai membersihkan halaman belakang dari rumput yang membelukar.
“Tadi ada kupu-kupu yang sangat cantik, bersayap merah jambu,” ujarnya memelas.
“Sayang sekali, Zallumy tak sempat memotretnya.”
Mendengar pengakuan Zallumy, Ayahnya mengerut-kerutkan dahinya.
Tiga buah garis tampak di dahinya.
“Bersayap merah jambu? Benarkah?”
“Zallumy melihatnya, Ayah.”
Ayah tak ingin mendebat gadis kecilnya. Ia tersenyum, ditaruhnya gunting pemotong itu di kotak peralatan, lalu dengan penuh kasih mengelus-elus rambut anaknya yang hitam panjang terurai.
“Zalumy kenapa Ayah?” terdengar suara Ibu dari balik kamar.
“Anak kita baru saja melihat kupu-kupu bersayap merah jambu, tapi buruannya keburu terbang sebelum sempat dipotret.”
“Oh, ya sudah. Lain hari semoga masih bisa menjumpai kupu-kupu bersayap merah jambu itu. Ayo ganti pakaianmu, kita makan siang dulu.”
***
ZALLUMY adalah gadis kecil pecinta kupu-kupu. Ratusan kupu-kupu sudah dipotretnya dengan kamera telepon genggam pemberian Kakak laki-lakinya yang sudah bekerja. Benda untuk memotret itu dihadiahkan pada ulang tahunnya yang ke-10 lalu. Dari mulai kupu-kupu bersayap lebar, bersayap menyerupai angka 88, bersayap seperti mata burung hantu ataupun bersayap biru metalik macam Blue Morpho Butterfly. Tetapi kupu-kupu bersayap merah jambu merupakan pengecualian.
Ia memang pernah melihat kupu-kupu bersayap merah jambu, tetapi hanya kupukupu plastik yang biasa ditempel di bando rambut anak-anak perempuan. Bahkan di dalam kamarnya banyak sekali aksesori berbentuk kupu-kupu bersayap merah jambu. Berbagai penjepit rambut, bros, dompet, sandal, dan kostum peri tongkatnya.
***
MALAM harinya, Ayah diam-diam memikirkan peristiwa siang tadi. Ia membaca buku-buku yang berkaitan erat dengan serangga yang menyukai nektar itu. Begitu pula Zallumy, di dalam kamarnya ia gelisah. Kupu-kupu bersayap merah jambu itu membuat tidurnya tidak nyenyak.
Esoknya saat Zallumy bersiap berangkat ke sekolah, Ayah yang juga bersiap ke tempat kerja mengajaknya berbincang.
“Kita akan memanggil kupu-kupu bersayap merah jambu itu ke rumah ini.”
“Benarkah, Ayah? Bagaimana caranya?” “Pulang sekolah nanti bantu Ayah menanam bunga di halaman rumah kita.”
“Maksudnya bagaimana?”
“Sudah, berangkat sekolah dulu, nanti terlambat.”
Sebenarnya Zallumy masih penasaran, tapi ia mesti segera ke sekolah. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, pikirannya belum bisa lepas dari kupu-kupu langka itu. Di kelasnya ia bercerita kepada temantemannya tentang kupu-kupu bersayap merah jambu tersebut.
“Apa kamu tidak sedang bermimpi?” tanya Nazma.
“Barangkali kamu terobsesi dengan peri tongkat yang bersayap merah jambu itu,” timpal Zain.
“Ini sungguhan!” kata Zallumy meyakinkan Ziyad, Hafsah, dan Zahra.
“Kalau pun memang ada kupu-kupu bersayap merah jambu, itu barangkali hanya ada di dunia peri.” Kawan-kawannya itu tertawa tergelak dan tak satu pun memercayainya.
Zallumy hampir menangis mendapatkan tanggapan dari teman sekelasnya. Bahkan ia sempat mengadu kepada Ibu Salamah, wali kelasnya.
“Aduh Zallumy, sayang sekali Ibu Salamah baru mendengar ada kupu-kupu bersayap merah jambu. Mungkin ada atau juga fiksi belaka.”
Zallumy tak puas. Dalam hati ia berjanji akan membuktikannya jika kupu-kupu bersayap merah jambu itu ada.
***
SIANG itu Zallumy pulang sekolah dengan hati sedih. Tak ada satu pun orang percaya dengan ceritanya.
“Sudahlah Nak, nanti kita buktikan,” ucap Ayah saat mendengar aduan anaknya.
Setelah berganti pakaian dan makan siang, seperti sudah disepakati Zallumy akan membantu Ayah menanam bunga.
Sementara Ibu di dapur menyiapkan pisang goreng dan teh manis hangat untuk keduanya. Mereka mulai menanam beberapa bunga seperti pacar air, asoka, zinnia, sakura, dan kembang sepatu. Bungabunga itu didapatkan Ayah dari pasar bunga.
“Kita akan membuat taman bunga di halaman rumah ini,” kata Ayah.
“Untuk tempat bermain kupu-kupu, Ayah?” ujar Zallumy lugu.
“Ya, bisa juga. Namun, apa kamu pernah mendengar kupu-kupu suka dengan bunga-bunga?”
“Mengisap madu bunga dengan proboscis, yaitu mulut penghisap yang menyerupai belalai.”
“Ya, tetapi bukan hanya itu. Apa lagi?”
“Kupu-kupu juga membantu penyerbukan bunga-bunga, Ayah.”
“Nah, karena itu dengan bunga-bunga yang kita tanam ini akan mengundang kupu-kupu itu agar mau berada di taman ini.”
Zallumy manggut-manggut dan mulai mengerti arah pembicaraan Ayah pagi tadi.
“Sudah selesai rupanya, ayo dicicipi dulu pisang goreng dan teh manisnya. Mumpung masih hangat,” ucap Ibu sambil membawa makanan dan teh manis.
***
DUA bulan kemudian, bunga-bunga tumbuh dan menghasilkan bunga yang sangat indah.
“Ayah, Ibu, lihat!” seru Zallumy gembira. Dua ekor kupu-kupu beterbangan di atas bunga-bunga di taman rumahnya. Satu berwarna biru dan satunya lagi bersayap merah jambu.
“Benarkah?” Ayah dan Ibu segera menghambur ke halaman.
Dan sesuatu yang paling ajaib, kupukupu bersayap merah jambu itu hinggap di dada Zallumy. Sementara kupu-kupu yang berwarna biru mendarat lembut di rambutnya.
Cekrek, cekrek, cekrek! Ayah segera mengabadikannya dengan kamera telepon genggam yang sempat ia ambil sebelum menghambur ke taman bunga itu.
“Hore, hore, hore, Zallumy berfoto dengan kupu-kupu bersayap biru dan merah jambu!”
***
DI sekolahnya, foto itu ditunjukkan pada teman-temannya bahkan juga kepada Ibu Salamah.
“Seekor kupu-kupu bersayap biru dan merah jambu? Ah, cantik sekali Zallumy.
Mirip Papilio rumanzovia betina, yang juga memiliki sayap berwarna merah jambu dengan bintik ungu.”
“Apa sekarang Ibu Salamah percaya ada kupu-kupu bersayap merah jambu?”
“Setelah mendengarmu bercerita tentang kupu-kupu bersayap merah jambu, Ibu mempelajari jenis kupu-kupu di dunia. Dan seperti katamu, kupu-kupu bersayap merah jambu memang ada.”
“Bahkan kita dapat mengundangnya ke sini, ke sekolah kita.”
“Bagaimana caranya, Zallumy?” tanya Bu Salamah penasaran.
“Kita buat taman bunga di halaman sekolah.
“Kupu-kupu akan betah jika ada bunga-bunga.” Ibu Salamah tersenyum bangga. Esoknya di halaman sekolah itu ditanami bunga-bunga berwarna-warni untuk mengundang bidadari taman tersebut. (58)
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Faris Al Faisal
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” edisi Minggu 21 Januari 2018