Tiba-tiba terdengar suara lebah dari arah pohon apel. Pangeran Julian melangkahkan kaki ke asal suara dan melihat sarang lebah yang bergelantungan. Tanpa pikir panjang, Pangeran Julian langsung membidik sarang lebah tersebut.
Wush… Anak panah itu tepat menyentuh sasaran. Lebah-lebah pun berhamburan dan tanpa diduga bersatu mengejar Pangeran Julian. Pangeran Julian terkejut, ia lari pontang-panting dan langsung menceburkan diri ke dalam kolam yang ada di taman.
Beberapa detik lamanya Pangeran Julian tidak muncul di permukaan. Paman Lorenzo menghela napas. Ia sudah bersiap-siap masuk ke dalam kolam untuk membantu Pangeran Julian keluar dari kolam sambil menyiapkan nasihat bahwa lebah saja tidak suka jika rumahnya diganggu, begitu juga dengan Paman Lorenzo yang tidak suka jika taman yang susah payah ia rawat dan ia jaga tiba-tiba ada yang merusaknya.
Namun belum sempat Paman Lorenzo melangkah, Pangeran Julian tiba-tiba muncul dari dasar kolam lalu berenang dengan gesitnya. Sesampainya di daratan, Pangeran usil itu terkekeh-kekeh senang sambil mengepalkan tangan.
“Yess!” teriak Pangeran Julian.
Melihat itu, Paman Lorenzo tahu, jebakan keduanya pun gagal.
Setengah hari berlalu, Paman Lorenzo senang karena tidak ada gangguan sama sekali. Sampai akhirnya terdengar suara pintu diketuk.
Dok dok dok…
“Paman Lorenzo, ayo bermain,” terdengar suara Pangeran Julian yang mencoba masuk ke dalam taman. Paman Lorenzo diam saja. Pangeran Julian terus saja memanggil.
“Paman Lorenzo, Paman…,” Pangeran Julian lagi-lagi memanggil.
Namun tak ada sahutan dari dalam taman. Pangeran Julian terus saja memanggil. Sampai akhirnya, suara Pangeran Julian semakin lama semakin melemah, kemudian terisak.
Mendengar itu, Paman Lorenzo langsung membuka pintu taman.
“Kenapa Pangeran menangis?” tanya Paman Lorenzo.
“Karena tidak ada yang mau bermain denganku Paman,” jawab Pangeran Julian.
“Jika tidak ada yang bermain dengan Pangeran Julian, itu karena Pangeran Julian usil. Coba kalau tidak usil. Pasti banyak yang mau bermain dengan Pangeran,” ucap Paman Lorenzo.
“Nah, sekarang Pangeran boleh bermain dengan Paman, tapi Pangeran tidak boleh usil merusak taman ya?”
“Benarkah? Baik Paman, aku janji,” ucap Pangeran Julian dengan mata berbinar.
Akhirnya setelah mendengar nasihat tersebut, Pangeran Julian tidak lagi usil seperti dulu. Ia kini disayang guru dan teman-temannya di sekolah kerajaan. Para dayang dan pengawal kerajaan pun tak lagi sebal seperti dulu. Dan Raja Leonel senang melihat perubahan putra kecilnya itu.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Hana Eka Ferayyana
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” 28 Mei 2017