Di sebuah hutan, hiduplah seekor induk serigala bersama anaknya. Induk ini sangat memanjakan anaknya. Ia selalu mencarikan makanan untuk anaknya, walau anaknya sudah besar.
Suatu hari, induk serigala itu jatuh sakit. Ia berkata pada anaknya, “Nak, persediaan makanan kita habis. Pergilah mencari mangsa. Ibu tak kuat lagi…”
Anak serigala yang malas ini mengira ibunya sudah tak sayang lagi padanya. “Ibu pasti ingin mengusirku…” pikirnya. Ia lalu pergi tak tentu arah. Hatinya sedih karena tak ada lagi ibu yang melindunginya.
Suatu pagi ia melihat matahari bersinar terang. Anak serigala menyapa Matahari dengan kagum, “Matahari maukah kamu menjadi indukku?”
“Kenapa kau ingin jadi anakku?” Tanya Matahari.
“Karena kau gagah. Sinarmu menyinari dunia!” jawab anak serigala.
“Tidak selamanya aku gagah. Kalau ada Awan menutupiku, sinarku tak mampu lagi menerangi alam,” jawab Matahari.
Anak serigala bergegas menemui Awan. “Hai Awan, maukah kau menjadi indukku? Kau hebat karena bisa menghalangi matahari!” kata anak serigala.
“Aku tidak selalu kuat, Nak! Ada Angin yang bisa meniupku ke arah manapun ia suka!” jawab Awan. Anak serigala pun segera menemui Angin.
“Angin, jadikanlah aku anakmu! Kau lebih hebat dari Awan!” pintanya.
“Tidak selamanya aku hebat, Nak! Bukit bisa menghalangiku. Biarpun aku bertiup kencang, aku harus berbelok arah kalau ada Bukit!” ujar Angin.
Meski mulai merasa lelah, anak serigala berjalan menemui Bukit. Ia juga meminta Bukit untuk menjadi induknya dan melindunginya.
“Tidak selamanya aku perkasa dan kokoh. Tubuhku sering terluka oleh manusia yang suka menebangi pohon-pohonku,” keluh Bukit.
Dengan hampir putus asa, serigala menemui seorang ibu penduduk desa. Ketika melihat anak serigala datang, ibu itu sangat ketakutan. “Mau apa kau datang ke sini, serigala?” Tanya ibu itu sambil memeluk anaknya.
“Maukah kau menjadi indukku? Aku perlu induk yang kuat, yang bisa mengalahkan bukit…” pinta anak serigala.
“Tidak selamanya manusia kuat. Kami selalu ketakutan kalau induk serigala datang. Baru beberapa hari ini anak-anak kami bisa bermain bebas, karena induk serigala sedang sakit keras. Ia tidak bisa lagi mencari makan dan kabarnya… anaknya telah meninggalkannya,” kata ibu itu.
Anak serigala tersentak sadar. “Oh, ibuku sedang menderita. Aku harus pulang dan merawatnya. Aku tidak boleh malas lagi.” Anak serigala segera berlari ke hutan, kembali ke sarang ibunya.