DI salah satu ruang kelas di sebuah sekolah dasar di Kota Padang, Sumatera Barat, Bu Guru Meri meminta siswa-siswinya mengeluarkan apel yang sudah mereka bawa dari rumah. Ada yang membawa apel berwarna merah tua, apel merah muda, dan ada juga apel berwarna hijau.
“Ibu juga punya apel,” cetus Bu Meri sambil menunjukkan sebuah apel berwarna merah tua pekat. “Siapa yang belum pernah makan apel?” tanya Bu Meri kemudian.
Siswa-siswi seisi kelas tidak ada yang mengacungkan tangan.
“Siapa yang sering makan apel?”
Kali ini banyak siswa yang mengangkat tangan sambil berkata, “Saya, Bu, saya.”
“Bagaimana rasanya?”sambung bu Meri.
“Manis, Bu,” jawab Najwa.
“Asam, Bu,” cetus Intan.
“Asam manis, Bu,” tambah Olivia.
“Benar. Anak-anak Ibu memang hebat. Sekarang bantu Ibu menemukan cara makan apel yang baik. Ibu beri waktu sepuluh menit.”
“Siap, Bu,” jawab para siswa-siswi serentak.
“Kenapa Bu Meri bertanya tentang cara makan apel, ya?” bisik Fathur pada Zidny.
“Iya, padahal kan gampang. Tinggal gigit sajaselesai,” balas Zidny pelan.
“Mungkin kita harus makan dari bagian bawah, atau atas, atau kiri atau kanan terlebih dahulu,” ucap Zanki pada Najwa.
“Menurutku caranya mudah, makan sampai habis, supaya tidak bersisa,” timpal Najwa.
Sepuluh menit kemudian, Bu Meri menagih jawaban dari pertanyaannya barusan. Setiap siswa lalu menyampaikan cara makan apel yang baik menurut mereka masing- masing. Bu Meri menanggapinya dengan memuji dan memberikan penguatan. Itulah sebabnya murid-murid di kelas Bu Meri selalu berani menyampaikan pendapat.
“Anak-anak Ibu luar biasa, sudah tahu bagaimana cara makan apel yang baik. Namun tahukah Ananda bahwa ada cara lain makan apel yang baik dan di dalamnya terdapat sebuah rahasia?” ungkap Bu Meri yang membuat anak-anak penasaran.
Bu Meri lalu mengeluarkan sebuah pisau kecil dan talenan dari dalam tas kemudian meletakkannya di atas meja. Bu Meri memotong apel tersebut kecil-kecil sesuai jumlah siswa di kelasnya. Masing-masing siswa mendapatkan satu potong apel.
“Semua senang mendapatkan apel dari lbu?” tanya Bu Meri kemudian.
“Senang, Bu,” jawab anak-anak setelah mengunyah sepotong apel kecil yang baru saja dibagikan Bu Meri.
“Itulah Nak, cara terbaik dalam makan apel, yaitu dengan berbagi. Memang tidak ada yang salah, kalau apelnya kita makan sendiri-sendiri. Namun dengan membiasakan diri menjadi orang yang gemar berbagi adalah cara untuk mengajarkan kita bersikap adil terhadap orang lain dan diri sendiri. Anak-anak Ibu paham?”
“Paham, Bu,” sambut mereka serentak.
Siswa-siswi di kelas Bu Meri pun mendapatkan ilmu yang berharga hari itu, yaitu mulianya sikap gemar berbagi dan bersikap adil terhadap sesama.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Amika An
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” rubrik Nusantara Bertutur edisi Minggu, 4 Februari 2018