ANI dan Ana adalah saudara kembar. Mereka tinggal di Jepara, Jawa Tengah. Keduanya duduk di kelas enam SDN Nusa Indah.
Di sekolah, Ani terpilih sebagai ketua kelas. Dia harus mengatur berbagai urusan kelas enam dengan adil dan bijaksana. Misalnya, dia harus memberi teguran dan sanksi jika ada teman-temannya yang tidak melaksanakan tugas piket. Murid yang tidak menjalankan tugas piket, akan disuruh membersihkan kelas sepulang sekolah. Peraturan itu sudah disetujui semua murid.
Hari ini, kebetulan adalah tugas piket Risa, Bagus, Sari, Andi, dan Ana. Risa, Sari, dan Bagus mau menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka sudah berangkat lebih pagi dan mulai membersihkan kelas. Tapi, tidak dengan Andi dan Ana. Ketika sampai di sekolah, keduanya malah asyik mengobrol di depan kelas, tanpa berniat membantu.
“Hai, kalian kok malah mengobrol di sini?” tegur Ani. “Bukankah hari ini kalian tugas piket?” tegur Ani.
“Santai saja, Ani. Semuanya sudah dikerjakan Risa, Sari, dan Bagus, kok. Iya, kan Andi?” ujar Ana sambil menoleh ke Andi.
“Bener sekali. Tuh, mereka saja tidak protes pada kami,” Andi tertawa santai.
“Tidak bisa begitu, dong. Ini kan tugas kalian juga. Lihat mereka masih sibuk membersihkan kelas. Eh, kalian malah bersantai di sini.” Ani terlihat marah. Tapi, Ana dan Andi terlihat tak peduli.
“Baiklah, jika kalian tidak mau ikut membantu, sesuai perjanjian yang kita sepakati di kelas, kalian akan dapat hukuman. Kalian berdua harus membersihkan kelas sepulang sekolah!”
“Eh, kamu kok begitu, Ani? Aku kan saudaramu? Masak dihukum juga?” protes Ana.
“Memangnya kenapa kalau saudara? Kalau kamu melanggar peraturan, tetap harus aku hukum!” Ani merasa, Ana berani berulah karena merasa pasti akan dibelanya karena mereka bersaudara.
“Benar, tidak, Andi? Kamu pasti tidak mau, kalau hanya kamu yang dihukum, sedangkan Ana tidak. Padahal, kalian sama-sama melanggar aturan.” Kali ini, Ani meminta persetujuan Andi. Tanpa ragu Andi pun langsung mengangguk.
Pada akhirnya, Ana tidak ada pilihan. Akhirnya bersama Andi, mereka berdua membersihkan kelas sepulang sekolah.
Sesampainya di rumah, Ana langsung menceritakan kejadian itu pada Ibunya.
“Bukankah sesama saudara harus saling mendukung? Iya, kan Bu?” ungkap Ana.
Ana yakin, Ani pasti akan ditegur ibunya karena tidak membela saudaranya sendiri.
Tapi, ternyata Ana salah, Ibunya malah membenarkan perbuatan Ani. “Apa yang dilakukan Ani telah menunjukkan sikap adil sebagai seorang ketua kelas. Dia tidak memihak pada siapa pun meski itu saudaranya sendiri. Siapa pun yang bersalah harus dihukum,” ujar Ibu.
Ana menunduk malu. Ia pun meminta maaf pada Ani dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Ratnani Latifah
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” rubrik Nusantara Bertutur edisi Minggu, 18 Februari 2018